Skip to content

Sepi Malah Happy: Opportunity Baru di Slow Season

Banyak bisnis musiman sering menganggap periode sepi sebagai ancaman. Namun, bagi sebuah perusahaan manufaktur souvenir tas anak yang kami dampingi, masa “slow season” justru menjadi pintu masuk ke peluang baru yang tak terduga.

Perusahaan ini memproduksi sendiri tas custom anak, umumnya digunakan sebagai souvenir sekolah. Permintaan biasanya melonjak saat tahun ajaran berjalan, tetapi menurun drastis saat libur panjang atau kenaikan kelas. Selama bertahun-tahun, perusahaan hanya melayani pesanan custom dalam jumlah minimum (MOQ) tertentu, tanpa pencatatan rapi. Akibatnya, tidak ada dasar jelas untuk melakukan forecasting, dan setiap bulan manajemen hanya bisa “dag-dig-dug” menunggu pemasukan yang tidak pasti.

Tantangan: Tidak Ada Data, Tidak Ada Arah

Tanpa pencatatan dan laporan yang terstruktur, bisnis ini berjalan dengan pola “mengikuti arus.” Owner tahu omzet naik saat ramai pesanan, namun tidak bisa mengukur seberapa besar tren penurunan saat liburan. Tanpa data, sulit mengambil keputusan jangka panjang.

Inilah tantangan yang umum terjadi di UMKM: bekerja keras di operasional, tapi minim fondasi data untuk membaca arah bisnis.

Solusi: Merapikan Data, Menemukan Pola

PENSA hadir dengan langkah awal yang sederhana, tapi berdampak besar: merombak sistem pencatatan dan pelaporan penjualan.

  • Rekap & Analisis Data Lama → Mengumpulkan catatan yang berserakan, kemudian menyusun laporan historis yang bisa dibaca.
  • Pengolahan Data → Dari laporan tersebut, kami mengidentifikasi tren penjualan dan faktor yang memengaruhi naik-turunnya omzet.
  • Visualisasi Insight → Menunjukkan pola bahwa penurunan omzet sangat erat kaitannya dengan musim liburan sekolah.

Dari analisis ini, satu hal menjadi jelas: slow season bukan sekadar masalah, tapi peluang untuk membuka jalur baru.

Hasil: Dari Custom ke Retail

Bersama client, kami melakukan brainstorming untuk mencari solusi mengisi kekosongan omzet di musim libur. Kesepakatannya: meluncurkan toko online tas anak yang menjual satuan (retail).

Langkah ini terbukti tepat. Saat libur kenaikan kelas—yang biasanya menjadi “bulan kritis”—penjualan retail justru melonjak pesat. Kapasitas produksi bahkan sempat overload karena permintaan begitu tinggi.

Dari sebuah masalah (drop omzet saat slow season), muncul peluang baru yang membuka pasar berbeda.

Insight dari Kasus Ini

Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil:

  1. Data adalah kompas bisnis. Tanpa pencatatan yang rapi, sulit mengambil keputusan strategis.
  2. Slow season tidak selalu buruk. Dengan kreativitas, periode sepi bisa jadi momentum membuka pasar baru.
  3. Kolaborasi & brainstorming menghasilkan ide-ide yang seringkali tidak terlihat di awal.

PENSA percaya bahwa selalu ada opportunity di setiap krisis. Dengan data yang tepat dan strategi yang relevan, bisnis bisa tetap tumbuh bahkan di masa yang dianggap “mati.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *